Jakarta – Pekerja migran Indonesia masih memiliki sejumlah persoalan untuk itu butuh adanya Perlindungan bagi penyumbang devisa negara ini. Anggota Komisi IX DPR RI Ashabul Kahfi memberikan beberapa saran terkait dengan pelindungan bagi pekerja migran Indonesia. Salah satunya yakni dukungan psikologis.
“Pertama perlu perjanjian bilateral dengan negara-negara pengguna, Kedua perlu ada pos atau kalau perlu ada semacam komunitas pekerja migran. Kemudian dukungan psikologis, termasuk bagi keluarga yang kemudian ditinggalkan di kampung halaman,” ujarnya dalam Rapat Kerja Komisi IX dengan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Senada dengan Ashabul Kahfi, Anggota Komisi IX DPR RI Nafa Urbach juga setuju dengan perlu adanya dukungan psikologis bagi para pekerja migran Indonesia. Terlebih seperti diketahui persoalan pekerja migran yang sering terjadi dan belum juga terselesaikan yakni pekerja migran Indonesia yang sering menjadi korban kekerasan, pelecehan dan penganiayaan.
“Basic saya itu pelayanan di Gereja. Jadi biasanya kami kalau di Gereja itu, kami punya rumah singgah, dimana kita itu pas menangani korban-korban tersebut itu, langsung one on one. Makanya memang kalau, hal-hal seperti demikian terjadi itu tidak bisa kalau tidak ditangani one on one. Makanya tadi saya sangat setuju kalau kata Pak Ashabul Kahfi bilang harus ada rehabilitasi,” ujar Nafa.
Tambahnya, dukungan psikologi ini juga perlu didukung dengan adanya orang-orang yang mau dan rela hati untuk melayani para korban. Karena dukungan pelindungan dan psikologis ini sangat diperlukan sebagai tanggung jawab bersama untuk membuktikan bahwa negara selalu hadir terhadap permasalahan masyarakat termasuk para pekerja migran Indonesia.
“Karena bagaimanapun juga banyak korban-korban ini yang tidak mengetahui hukum apalagi bahasa, adat-istiadat negara setempat. Jadi saya harap, ini bukan hanya wacana, bahwa tadi Bapak Kahfi bilang bahwa, negara harus benar-benar hadir untuk mereka. Itu yang artinya bahwa, kita punya tanggung jawab bukan sebagai untuk manusia aja, kita tidak mengerjakan buat manusia aja,” jelasnya.(sn-18)