JE Tatengkeng, Ketua Pemuda Sumba  Menjelma Sebagai Negarawan

by -
JE Tatengkeng

 Waikabubak-Setiap tanggal 28 Oktober diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Beberapa hari lalu, tepatnya pada 28 Oktober 2023, Indonesia baru saja memperingati Hari Sumpah Pemuda. Hanya saja, gerakan pemuda hanya terpaku kepada generasi muda di Jawa, sehingga nyaris melupakan adanya gerakan pemuda di berbagai daerah. Sebelum 28 Oktober 1928, gerakan pemuda sudah hadir di Pulau Sumba melalui Timorsch Verbond yang berpusat. Gerakan pemuda ini melawan tindakan keras Gubernur Sipil untuk Sumba Barat, Dannenberger dan membawanya ke peradilan di Makassar pada tahun 1924.

Selain itu, juga muncul organisasi pemuda Kristen Sumba di tahun 1920an dan berhasil menggelar kongres pertama di Payeti pada tahun 1936, yang diikuti perwakilan organisasi pemuda di seluruh Pulau Sumba. Jan Engelbert Tatengkeng merupakan salah satu tokoh pemuda Sumba pada masa itu dan merupakan Ketua Pemuda Sumba yang terpilih dalam Kongres 1936. Organisasi pemuda ini juga menerbitkan majalah Pembaharoean yang dibagikan kepada semua anggota organisasi.

Pemuda Sumba pada masa itu sudah menyadari perlu pembaruan tata pemerintahan Hindia Belanda. Bahkan, JE Tatengkeng sudah mengobarkan Petisi Soetardjo yang menuntut Indonesia berparlemen di kalangan pemuda Sumba dalam Kongres 1936.

J.E. Tatengkeng merupakan tokoh kelahiran 19 Oktober 1907 di Sangihe, Sulawesi Utara. Dia meninggal pada 6 Maret 1968 dalam usia 60 tahun di Makassar, Sulawesi Selatan. JE Tatengkeng berasal dari keluarga Kristen. Ayahnya merupakan misionaris sekaligus kepala sekolah zending di Kepulauan Talaud.

Dia menempuh pendidikan pertama kali zendingsvolksschool (sekolah rakyat zending) berbahasa Sangihe di Mitung. Sesudah itu, JE Tatengkeng melanjutkan ke HIS di Manganitu. Lulus dari HIS, dia melanjutkan pendidikan ke Christelijk Middagkweekschool di Bandung, Jawa Barat. Dari Bandung, dia melanjutkan pendidikan di Christelijk Hogere Kweekschool di Solo, Jawa Tengah.

Selain aktif sebagai aktivis pemuda Kristen di Solo, JE Tatengkeng juga merupakan seorang penyair, yang di kemudian hari dikenal sebagai Penyair di Era Pujangga Baru. Salah satu karyanya yang terkenal sampai saat ini, Rindu Dendam (1934) yang berisi 32 sajak.

Hanya dalam perjalanan karier JE Tatengkeng yang tersebar di berbagai literatur, nyaris tidak ditemukan kalau JE. Tatengkeng melewatkan karirnya sebagai pengawas sekolah di Pulau Sumba. Misalnya, dalam Wikipedia, hanya ditulis, selain sebagai penyair, J.E. Tatengkeng juga merupakan tokoh pendidikan dan negarawan. Sebagai tokoh pendidikan, ia pernah menjadi guru bahasa Indonesia di Tahuna tahun 1932, Kepala Schakelschool di Pulau Siau, Kepala Sekolah HIS di Tahuna, Menteri Muda urusan Pengajaran tahun 1948, dan terakhir Kepala Jawatan Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Kemendikbud perwakilan Sulawesi tahun 1951. Di Makassar, ia turut mengajar dan membidani lahirnya Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.

Padahal, JE Tatengkeng dari Solo berangkat ke Sumba untuk menjadi Kepala Sekolah Transisi (Schakelschool) di Payeti dan sebagai Asisten Pengawas Sekolah Zending di Pulau Sumba pada tahun 1930-an. Di saat bersamaan, JE Tatengkeng menjadi Ketua Pemuda Sumba sejak tahun 1936. Begitu juga dalam Kongres II Pemuda Sumba tahun 1939, JE Tatengkeng tetap  terpilih sebagai Ketua Pemuda Sumba. Tatengkeng mencatat, Perhimpunan Pemuda Kristen Sumba ini membawa semangat yang besar untuk tujuan mencapai reformasi (sesuai nama majalah Pembaharoean) kehidupan Bangsa kita.

Dari Sumba JE Tatengkeng kembali ke Sangihe, kemudian pada masa Negara Indonesia Timur, JE Tatengkeng mewakili Sangihe dalam parlemen NIT. Dia menjadi Menteri dan merupakan Perdana menteri Negara Indonesia Timur pada rentang tahun 27 Desember 1949- 14 Maret 1950.

JE Tatengkeng merupakan Perdana Menteri Negara Indonesia Timur ke-4 untuk menggantikan Perdana Menteri NIT Ida Anak Agung Gde Agung. Presiden NIT dijabat Tjokorda Gde Raka Soekawati. Jadi, JE Tatengkeng merupakan Perdana Menteri NIT yang terakhir sebelum pembubaran NIT pada tahun 1950.

Selain JE Tatengkeng, sejumlah tokoh yang terlibat dalam organisasi pemuda Sumba ini merupakan tokoh yang mewarnai perjalanan sejarah Sumba pada masa awal kemerdekaan, termasuk sejumlah tokoh yang tampil sebagai wakil Sumba pada masa NIT, seperti Oemboe Toenggoe Bili dan kawan-kawan. Praktis semua tokoh Sumba pada masa awal kemerdekaan sampai dengan tahun 1960-an merupakan tokoh pemuda yang memainkan peran pada tahun 1920an sampai tahun 1930an.(sn-09)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.