Jakarta-Staf Khusus Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo mengatakan, hubungan antar agama kian waktu makin harmonis dan Indonesia harus menjadi poros bagi tatanan dunia baru yang penuh dengan perdamaian.
“Hubungan antar agama semakin lama makin harmonis, semakin baik dan semakin banyaknya dialog. Indonesia merupakan poros bagi tatanan dunia baru dengan penuh perdamaian,” tutur Benny dalam seminar web dengan tema “Global Peace: Quran Burning In Europe” yang digelar International Politics Forum, Minggu (27/09/20).
Seminar web ini dihadiri lebih dari 120 peserta yang didominasi oleh Mahasiswa diseluruh Indonesia dengan Narasumber Staf Khusus Wakil Presiden Masykuri Abdillah, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo, Duta Besar Indonesia untuk Swedia Bagas Hapsoro, dan Duta Besar Indonesia untuk Norwegia Todong Mulya Lubis.
Benny menambahkan, ke depan perlu menyusun nilai-nilai perdamaian dunia yang diikat dalam dunia global guna menjamin kebebasan dalam ibadah, terjauh dari prasangka buruk dan stigma sejarah. “Ke depan Indonesia mampu menjembatani dialog-dialog untuk melakukan misi perdamaian,” tegas Benny.
Selain itu, Benny juga menyampaikan bahwa Vatikan menjelaskan bahwa terorisme tidak ada kaitannya dengan agama termasuk juga agama Islam.
Staf Khusus Wakil Presiden Masykuri Abdillah menjelaskan, word peace adalah konsep tentang keadaan ideal dalam hal kebahagiaan, kebebasan dan kedamaian antara semua orang.
Untuk mewujudkan kedamaian ini diperlukan tata hukum internasional dan berbagai aspek lainnya. “Untuk mewujudkannya diperlulan tata hukum internasional dan kebijakan negara yang kondusif, kerjasama antar bangsa; dan antar warga negara serta menghindarkan konflik kekerasan dan perang antar mereka,” jelas Masyukuri.
Duta Besar Indonesia Untuk Swedia, Bagas Hapsoro menjelaskan, terdapat banyak persamaan Swedia dan Indonesia salah satunya memiliki dan menjunjung tinggi kemajemukan dan perlindungan HAM terlebih Indonesia dipercaya menjadi anggota Dewan HAM PBB.
Menurutnya islamophobia ini muncul dan berkembang di Eropa dari kesalahan pemahaman mengenai Islam. “Indonesia mempunyai modal untuk memperlihatkan islam yang penuh perdamaian,” tegas Bagas.
Terkait tentang HAM dan kemajemukan disampaikan juga oleh Duta Besar Indonesia untuk Norwegia, Todong Mulya Lubis. Menurutnya tujuan dari komunitas Internasional ini adalah agar dapat hidup dalam equality.
“Pluralisme mulai tergerus dan dikerdilkan dan HAM mulai digerus. Tujuan dalam komunitas internasional ini adalah hidup dengan mempunyai equality,” jelasnya.
Terkait global peace dan pembakaran alquran di Norwegia adalah gerakan provokasi dalam mencari headlines. “Ini hanya kelompok kecil yang provokasi dan untungnya tidak ada dampaknya terhadap masyarakat luas. Mereka memancing perhatian publik,” tuturnya.(op-10)