Jakarta- Membumikan Pancasila Melalui Seni dan Budaya menjadi topik diskusi dalam seminar web yang diselenggarakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tepatnya di Deputi Hukum, Advokasi, dan Pengawasan Regulasi, Sabtu (25/7/2020).
Seminar ini dibuka Wakil Kepala BPIP, Hariyono. Dirinya menjelaskan bahwa seni dan budaya bukan sebatas penghibur tetapi juga membangun karakter bangsa.
“Pancasila sebagai nilai leluhur bangsa umumnya dimiliki oleh para seniman, sehingga sangat langka seninman yang radikal dan intoleran. Ini yang harus ditanamkan kepada masyarakat,” jelas Hariyono.
Selain itu, Hariyono juga menambahkan bahwa seni diperuntukan dan bisa menembus semua lapisan masyarakat.
Musisi Addie MS, Penyanyi Trie Utami, dan Aktor Slamet Raharjo yang juga merupakan Ikon Prestasi Pancasila pada tahun 2019 menjadi Narasumber utama dalam seminar yang dihadiri lebih dari 100 orang peserta ini.
Trie Utami mengutarakan bahwa Pancasila itu sudah ada di Indonesia, sehingga apa yang para seniman lakukan adalah memekarkan atau mengharumkannya kembali dimasyarakat.
“Memanfaatkan fungsi seniman untuk masyarakat karena salah satu fungsinya adalah mensejahterakan khususnya dalam hal rasa. Selain itu juga sebagai media menyuarakan hal-hal dalam kepentingan bersama,” jelasnya.
Selain itu, dirinya menambahkan bahwa memanggil Pancasila yang sudah ada di bumi Indonesia dengan cara halus dan tajam alatnya adalah kesenian.
“Kami persembahkan karya tersebut untuk orang lain. Sehingga ada self corection apakah karya ini akan berdampak baik bagi orang lain dan dampaknya akan seperti apa. Seni juga alat yang tajam namun cara yang halus dalam membumikan Pancasila,” jelas Trie.
Slamet Rahardjo mengutarakan bahwa keberagaman adalah bagian dari hidup bangsa Indonesia.
“Keberagaman sudah menjadi bagian dari hidup kita. Langkah awal dalam membumikan Pancasila adalah membaca. Kita berbeda- beda tapi harus satu chemistry. Mari kita sempurnakan menjadi persatuan dalam keberagaman,” tegas Slamet.
Membumikan Pancasila harus dibarengi dengan deklarsi, merenung, dan rasa syukur. Pancasila disuguhkan dengan cara yang cerdas tidak buta digital.
Menurut Addie MS, dalam dunia seni perbedaan merupakan aset. “Bangsa Indonesia Harus dapat menerima perbedaan. Perbedaan adalah aset dalam seni. Berbeda dengan dunia politik yang kadang menanggap perbedaan adalah musuh,” jelas Addie.
Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo, mengatakan, seniman menjadi penatar kehidupan atau mengajarkan harmoni kehidupan. Mereka manggala sejati yang menafsirkan Pancasila secara luar biasa lewat karya-karyanya dan tidak doktrinal.
“Senimam mampu menggerakan jiwa raga kita yang dapat tercermin dari prilaku. Lewat karya seni, film, lagu, estetika, seni dapat merebut ruang publik yang saat ini dikuasai oleh konten negatif,” tegas Rohaniawan ini.
Akbar Hadiprabowo yang merupakan Direktur Sosialisasi, Komunikasi, dan Jaringan BPIP juga menjelaskan hal senada tentang perbedaan. Menurutnya perbedaan menciptakan harmoni bangsa Indonesia. “Kita harus rebut dan diisi dengan ruang penuh kebhinekaan, kecintaan, dan keharmonisasian,” tutur Akbar.
Plt. Deputi Hukum, Advokasi, dan Pengawasan Regulasi, Ani Purwanti berharap bahwa para Ikon Prestasi Pancasila ini dapat terus memberikan kontribusi luar bisa dan panutan kepada generasi muda yang menjadi saran kami sesuai arahan Presiden dalam membumikan Pancasila.(op-9)