Jakarta – Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro menjelaskan hasil terkini penelitian Whole Genome Sequencing (WGS) virus Corona yang telah dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga. WGS dapat menjadi dasar bagi peneliti untuk tetap berinovasi dalam menciptakan vaksin Covid-19 yang tepat, untuk kasus di Indonesia.
“The Whole Genome Sequencing sangat penting untuk mengetahui klasifikasi jenis virus, dalam kaitannya dengan pengembangan vaksin di Indonesia. Sejauh ini LBM Eijkman sudah mengirim 10 dan Universitas Airlangga mengirimkan 5 The Whole Genome Sequencing ke bank data Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID),” jelas Menristek/Ka.BRIN Bambang pada saat menjadi pembicara pada Webinar Research on Covid-19 and Technology Development in Indonesia yang diadakan oleh the Australian National University (ANU), Rabu (08/07).
Menteri Bambang mengungkapkan saat ini lebih dari 60.000 WGS, telah diterima GISAID dari berbagai negara di dunia. GISAID sendiri sudah mengklasifikasi virus Corona dalam beberapa kelompok yaitu S, G, GR, GH, V, L dan O (Others).
“Hasilnya dari 15 WGS yang telah dikirimkan, diketahui sebagian besar tipe virus yang berkembang di Indonesia, termasuk kelompok L yang mempunyai kesamaan dengan Wuhan, China, satu termasuk kelompok S yang sama dengan Covid-19 di Eropa, dan satu termasuk kelompok O atau jenis virus Covid-19 lainnya yang belum dikenali,” terang Menteri Bambang.
Berdasarkan hal tersebut, beliau mengungkapkan Kemenristek/BRIN melakukan langkah ganda dalam pengembangan vaksin Covid-19 di Indonesia.
Pertama, melakukan kegiatan penelitian dan produksi vaksin Covid-19 original, secara mandiri yang berbasis strain virus di Indonesia. Pengembangan vaksin jenis ini akan menggunakan metode protein rekombinan yang penelitiannya dipimpin oleh LBM Eijkman.
Kedua, melalui kolaborasi kerja sama luar negeri khususnya dengan perusahaan farmasi antara lain saat ini dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), karena virus yang menyebar di Indonesia memiliki kesamaan dengan yang berkembang di RRT.
Kedepan, Indonesia tetap akan membuka diri untuk melakukan kerja sama dengan mitra Internasional lainnya, dengan mengedepankan asas kesetaraan dan tetap diupayakan adanya transfer teknologi. Sehingga Indonesia bukan hanya menjadi tempat untuk uji klinis pengembangan vaksin dari luar negeri, melainkan ikut serta terlibat dalam mengembangkan vaksin bersama-sama.(op-9)