Ambon-Menko PMK Muhadjir Effendy menyarankan pemerintah setempat libatkan perguruan tinggi dalam pemeriksaan spesimen COVID-19 di Maluku dan Maluku Utara. Karena itu ia menyarankan untuk optimalisasi laboratorium di perguruan tinggi.
“Saya tahu di sini (Maluku dan Maluku Utara) ada perguruan tinggi yang mumpuni lab nya. Bisa dioptimalkan lab-lab yang ada di perguruan tinggi,” kata Muhadjir saat rapat koordinasi dengan seluruh pemerintah Maluku dan Maluku Utara di kantor Gubernur Maluku, Senin (6/7).
Nanti kalau tingkat keamanannya belum baik, lanjut Muhadjir, akan diperbaiki. Ia juga mengatakan kalau Menkes Terawan sudah menyiapkan SDM-nya.
Pemerintah tidak mungkin hanya mengandalkan SDM yang ada untuk melakukan kegiatan yang darurat COVID-19. Perlu melibatkan perguruan tinggi untuk menangani masalah pandemi ini.
Menkes Terawan Agus Putranto mengatakan pihaknya mengoptimalkan pendidikan SDM kesehatan melalui Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Untuk kebutuhan SDM dapat dikomunikasikan ke Kementerian Kesehatan maupun ke Gugus Tugas COVID-19 pusat.
“Nanti tenaga relawan lab langsung kita dorong dan controling ke lab mana,” katanya.
Menko Muhadjir berharap tim penanganan COVID-19 di Maluku dan Maluku Utara betul-betul bisa melaksanakan protokol kesehatan dengan baik. Belum lagi mengingat kedua wilayah ini merupakan destinasi wisata.
“Kalau Ambon dan sekitarnya atau Maluku dan Maluku Utara sudah bagus, ini harus dipelihara terus, jangan sampai kita lengah menyebabkan tertular COVID-19,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 (Gugus Tugas Nasional) Doni Monardo menitipkan pesan kepada bupati dan wali kota se-Provinsi Maluku agar dalam upaya pencegahan dan penanganan COVID-19 dapat dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakat dengan pendekatan berbasis kerarifan lokal.
Dalam hal ini, Doni memberikan gambaran bahwa peran antropolog, sosiolog serta tokoh-tokoh adat dan agama dapat menjadi solusi untuk menyampaikan pesan-pesan mengenai COVID-19, sehingga masyarakat tidak mendapatkan informasi keliru dan dapat menyebabkan keadaan semakin fatal.
“Harus berbasis kearifan lokal. Libatkan antropolog dan sosiolog sebagai solusi. Jangan sampai masyarakat mendapat informasi yang keliru,” ungkap Doni dalam kunjungan kerja di Ambon, Maluku, Senin (6/7).
Doni Monardo yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mengingatkan bahwa COVID-19 adalah ‘malaikat pencabut nyawa’, khususnya bagi mereka yang termasuk dalam kelompok rentan dan memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
“COVID-19 ini adalah malaikat pencabut nyawa, bagi mereka yang rentan dari segi usia dan memiliki komorbiditas,” kata Doni.
Lebih lanjut, menurut data yang diperoleh Doni, rata-rata penularan COVID-19 terjadi di tengah masyarakat adalah dari mereka yang positif namun tidak memiliki gejala. Oleh sebab itu, dia meminta agar seluruh masyarakat tidak menganggap remeh penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 itu.
“Di Ambon sudah ada 17 warga yang meninggal akibat tertular dari Orang Tanpa Gejala (OTG),” jelas Doni.
Di sisi lain, Doni juga mengajak agar masyarakat dapat bersungguh-sungguh melakukan upaya pencegahan dengan selalu menerapkan protokol kesehatan, mulai dari menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dan menggunakan masker.
Selain itu, Doni juga mengingatkan mengenai pentingnya menjaga imunitas tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, bergizi tinggi dan rutin melakukan olahraga. Hal itu menjadi penting, sebab benteng pertahanan yang pertama adalah masyarakat itu sendiri.
“Dokter dan perawat adalah benteng terakhir, benteng pertama adalah masyarakat,” tegas Doni.
dapun kegiatan di Ambon tersebut merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerja Ketua Gugus Tugas Nasional ke sejumlah daerah pada hari kedua, setelah sebelumnya meninjau kesiapan Hotel Grand Surabaya sebagai tempat istirahat dan relaksasi bagi para dokter dan perawat COVID-19 di Surabaya, yang juga dilanjutkan dengan rapat koordinasi bersama 58 Universitas se-Jawa Timur di Surabaya pada Minggu (5/7).(op-9)