Jakarta-Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, menyampaikan mengenai masalah titik debarkasi terutama adalah untuk Pekerja Migran Indonesia (PMI) yakni Bandar Udara (bandara) Soekarno Hatta dan Ngurah Rai.
“Jadi dapat saya sampaikan misalnya pada saat kita bicara mengenai masalah bandar udara (bandara) ada dua titik yang selama ini kita pergunakan terutama untuk menampung atau sebagai pintu masuk untuk para ABK kita yaitu bandara di Soekarno-Hatta dan juga di Ngurah Rai,” ujar Menlu saat menjawab pertanyaan wartawan usai Rapat Terbatas (Ratas), Senin (11/5).
Ia menambahkan untuk pelabuhan akan menggunakan Pelabuhan Benoa dan Pelabuhan Tanjung Priok. Sementara untuk WNI yang pulang melalui laut, lanjut Menlu, dari Malaysia maka melalui pelabuhan di Batam dan Tanjung Balai Karimun. “Sementara dari Malaysia yang melalui darat, maka perbatasan Entikong, Aruk, dan Badau,” tutur Menlu.
Itu adalah, sambung Menlu, entry points yang dipergunakan tentunya untuk Malaysia karena karakteristiknya berbeda, misalnya ada darat maka ada beberapa titik yang harus dilakukan dipersiapkan melalui jalur darat.
Terkait dengan kondisi warga negara Indonesia di luar negeri, Menlu sampaikan bahwa Pemerintah terus, dari semua perwakilan RI di luar negeri, melakukan komunikasi dengan warga negara Indonesia yang di bawah akreditasi masing-masing perwakilan.
“Hotline kita sudah dari sejak awal berfungsi sehingga jika ada warga negara Indonesia yang memerlukan bantuan dari perwakilan kita di luar negeri maka tentunya merupakan kewajiban dari perwakilan untuk membantu mereka,” kata Menlu.
Menurut Menlu, selain misalnya bantuan seperti yang disampaikan mengenai masalah sembako, di beberapa titik lain, Menlu juga sebutkan Pemerintah juga memberikan bantuan-bantuan yang diperlukan.
“Misalnya banyak mahasiswa kita atau beberapa warga negara kita yang memerlukan bantuan untuk hand sanitizer, kemudian masker, dan lain-lain, sehingga ini juga kita bantu. Misalnya di wilayah Timur Tengah, ini tidak hanya masalah sembako kemudian kebutuhan kesehatan yang diperlukan,” ujarnya.
Jadi, menurut Menlu, variannya berbeda-beda sesuai dengan keperluan dari warga negara Indonesia. “Di Timur Tengah kita sudah mendistribusikan 19.083 paket bantuan, kemudian di Eropa 3.350, dan di wilayah lain sama,” katanya.
Intinya, Menlu jelaskan apapun yang bisa dilakukan, akan dilakukan untuk membantu warga negara Indonesia. “Belum lagi yang sifatnya fasilitasi untuk repatriasi mandiri kepulangan warga negara kita,” jelas Menlu.
Pada kesempatan itu, Menlu mengatakan, protokol kesehatan akan dilakukan secara disiplin dan ketat diberlakukan di semua pintu masuk bagi para warga negara Indonesia (WNI) yang pulang dari luar negeri.
“WNI yang kembali dari Malaysia, hitungannya adalah dari 18 Maret sampai 10 Mei. Kenapa kita pakai tenggat 18 Maret, karena di situlah MCO (movement control order) diberlakukan. Maka telah kembali 72.966 WNI ke Indonesia yang menggunakan jalur laut 65%, jalur darat 20% dan jalur udara 15%,” ujar Menlu.
Sampai kemarin, 10 Mei, Menlu menyebutkan bahwa KBRI bersama dengan organisasi masyarakat di Indonesia telah membagikan sembako dengan jumlah 334.369 kepada warga negara Indonesia di Malaysia yang paling terdampak dengan pemberlakuan MCO di Malaysia.
Klaster kedua, menurut Menlu, adalah kepulangan WNI dari luar negeri adalah Anak Buah Kapal (ABK) yang sudah kembali per hari kemarin, jumlahnya adalah 14.244.
“Mereka kembali ke Indonesia baik melalui jalur udara yaitu melalui Bandara Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai, juga melalui pelabuhan laut yaitu melalui Benoa dan Tanjung Priok,” ujarnya.
Menlu menjelaskan, beberapa pemulangan atau kepulangan warga negara Indonesia yang tercatat, antara lain dari Arab Saudi (sejumlah) 992, kemudian Kuwait (sejumlah) 164, Aljazair (sejumlah) 391, Kairo telah pulang (sejumlah) 75 dan akan ada penambahan (sejumlah) 333, serta hari ini akan ada kepulangan dari Bangladesh.(op-10)