Depok-Pelaksaan PSBB terjebak hanya masalah di jalan raya saja. Hal ini juga terasa di kota Depok yang sekadar mengatur pembatasan di jalan raya saja. Hal ini disampaikan oleh Roy Pangharapan Ketua Dewan Kesehatan Rakyat DKR Kota Depok kepada pers di Depok, Selasa (21/4).
Sementara itu sudah ada yang mati kelaparan dua hari gak bisa makan di Banten, karena tidak terdaftar sebagai orang yang membutuhkan bantuan. Sejak diberlakukannya PSBB di Kota Depok, Selasa 14 April yang lalu, yang dirasakan baru sebatas urusan di jalan raya saja,” kata Roy Pangharapan.
“Padahal mestinya di dalam PSBB juga ada tanggung jawab pemerintah untuk memastikan rakyatnya menerima Bansos dan bisa makan pada saat tidak bisa bekerja karena PSBB,” ujar Roy Pangharapan.
PSBB menurutnya adalah alat untuk menekan jumlah pasien Corona, baik positif maupun PDP dan ODP. Caranya semua disiplin tinggal dirumah. Tapi harus pastikan rakyat tidak mati kelaparan dengan membagikan bansos tepat sasaran.
“Rakyat sudah disiplin. Tapi sebulan lebih gak kerja tapi gak dapat bansos. Akhirnya mereka nekad keluar rumah kerja cari makan. Kalau memilih disipin maka mati kelaparan seperti di Banten,” katanya.
Ia berharap kejadian di Banten tidak terjadi lagi khususnya di Depok, oleh karena itu pastikan mendisiplinkan rakyat, juga membagikan bansos buat yang membutuhkan.
Sebelumnya di informasikan oleh pihakk Pemerintah Kota Depok, bahwa pada hari Selasa (14/4) tercatat sebelumnya jumlah pasien positif Covid19 ,134,OTG 681 Orang, ODP 2403 orang dan PDP 717 orang. Setelah sepekan kemudian meningkat menjadi ,192 pasien positif Covid19, dengan jumlah OTG 862, ODP 2542 dan PDP 892 orang.
“Ketika jumlah pasien terkait virus Corona ini terus meningkat, berarti ada sesuatu yang salah dalam PSBB ini,” tegas Roy Pangharapan.
Perintah Presiden
Sebelumnya, Presiden Jokowi memerintahkan agar bantuan sosial bisa segera diterima oleh masyarakat. Untuk itu perlu ada monitor dan kontrol yang ketat agar tepat sasaran. Hal ini ditegaskan Presiden dalam Rapat Terbatas mengenai Laporan Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, di Jakarta Senin (20/4).
“Saya ingin agar bantuan sosial kepada yang kurang mampu ini betul-betul tepat sasaran. Ada kontrol pengawasan, ada cek lapangan, sehingga barang-barangnya itu bisa diterima oleh penerima dengan baik dan sekali lagi bisa benar, tepat sasaran,” tegas Presiden.
Presiden juga menginginkan ada kepastian distribusi logistik, karena itu kelancaran produksi itu harus betul-betul tidak ada hambatan di lapangan.
Mati Kelaparan
Sebelumnya, Warga Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Banten, bernama Yulie Nuramelia (43) meninggal dunia setelah dua hari kelaparan. Yuli dan keluarganya bertahan hidup hanya dengan meminum air galon isi ulang semenjak merebaknya virus Corona Covid-19 di Indonesia.
Kisah keluarga ini sempat viral di media sosial. Yulie meninggal dunia pada Senin, 20 April 2020 sekitar pukul 15.00 WIB.
Yulie meninggalkan empat orang anak dan seorang suami, bahkan ada satu anaknya yang masih bayi. Empat orang anak-anaknya juga harus menahan lapar selama dua hari dengan meminum air galon isi ulang, lantaran suaminya Mohamad Holik (49) yang sehari-harinya menjadi pemungut barang rongsok tak bisa mendapatkan penghasilan, karena lapak pembeli barang bekasnya tutup.
Begitupun anak sulungnya yang biasa bekerja sebagai buruh tak bisa menambah penghasilan bagi kedua orangtuanya, karena tempatnya dia bekerja tutup semenjak merebaknya Corona Covid-19. (op-10)